Jumat, 13 Januari 2012

TEORI – TEORI KONSELING

Teori konseling ialah suatu konseptualisasi atau kerangka acuan berpikir tentang bagaimana proses konseling berlangsung. Namun, konseptualisasi itu tidak bersifat spekulatif saja, tetapi didasarkan pada fakta yang diobservasi selama sejumlah proses konseling.
Pembahasan teori-teori konseling dapat diukur dengan berbagai cara, yaitu menurut :
1.    Urutan kronologis
2.    Tekanan yang diberikan pada hubungan antar pribadi antara konselor dan konseli, khususnya apa peranan hubungan itu dalam proses konseling.
3.    Tempat pada kontinum antara dua kutub, yaitu teori yang bercorak kognitif dengan menekankan berpikir, dan teori yang bercorak afektif dengan menekankan berperasaan.
4.    Fokus perhatian pada salah satu aspek dari kepribadian seseorang.

A.    Teori – Teori yang Berelevansi bagi Konseling di Institusi Pendidikan.
1.    Client – Centered Counseling

Pendekatan ini mengandung banyak unsur positif, seperti tekanannya pada peranan konseli sendiri sebagai pihak yang akhirnya menentukan keberhasilan atau kegagalan proses konseling; kebebasan yang diberikan kepada konseli untuk menentukan apa yang akan diubahnya pada diri sendiri; pentingnya hubungan antar pribadi dalam proses konseling; pentingnya konsep diri; dan keharusan konselor untuk menunjukkan sikap penuh pemahaman dan penerimaan. Sebagai kelemahan sejumlah ahli psikologi konseling menunjuk pada tekanan terlalu besar yang diberikan pada perasaan, sehingga komponen berpikir rasional tidak mendapat tempat yang sewajarnya.
Disamping itu, pendekatan ini dianggap terlalu terikat pada lingkungan kebudayaan amerika serikat, yang sangat menghargai kemandirian seeorang dalam kehidupan masyarakat dan pengembangan potensi individual yang dimiliki masing-masing warga masyarakat.

2.    Trait Factor Counseling
Corak konseling yang berpegang pada teori trait factor berkembang dalam rangka konsepsi aliran konseling klinikal. Oleh karena itu, pendekatan konseling trait factor dalam beberapa buku dinamakan konseling klinikal. Yang dimaksud dengan trait adalah suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam berpikir, berperasaan dan berperilaku seperti intelegensi, iba hati dan agresif.
Teori Trait Factor adalah pandangan yang mengatakan bahwa kepribadian seseoarng dapat dilukiskan dengan mengidentifikasikan sejumlah ciri, sejauh tampak dari hasil testing psikologis yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian itu. Konseling trait factor berpegang pada pandangan yang sama dan menggunakan tes-tes psikologis untuk meganalisis atau mendiagnosis seseorang mengenai ciri-ciri atau dimensi aspek kepribadian tertentu, yang diketahui mempunyai relevansi terhadap keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam memangku jabatan dan mengikuti suatu program studi.
Konselor yang berpegang pada pendekatan trait factor mengikuti rangkaian langkah kerja yang agak mirip dengan pelaksanaan studi kasus dan pelayanan dokter terhadap seorang pasien.

3.    Konseling Behavioristik
Istilah konseling behavioristik berasal dari bahasa inggris behavioral counseling, yang untuk pertama kali digunakan oleh John D. Krumboltz (1964). Aliran baru ini menekankan bahwa hubungan antar pribadi itu tidak dapat diteliti secara ilmiah, sedangkan perubahan nyata dalam perilaku konseli memungkinkan dilakukan penelitian ilmiah.
Menurut pandangan behavioristik tentang belajar, manusia belajar dengan berbagai cara, antara lain belajar signal menurut konsepsi pavlov, belajar melalui peneguhan atau penguatan menurut konsepsi skinner, dan belajar dari model menurut konspsi bandura. Dalam semua konsepsi itu dipegang paradigma stimulus response (S  R); masing-masing konsepsi menjelaskan dengan cara bagaimana akan dibentuk hubungan antara rangsangan dan reaksi melalui suatu proses belajar. Dalam rangka pendekatan behavioristik dalam konseling, rangkaian S  R dikonsepsikan sebagai rangkaian Antecndent-Behavior-Consequence, yang disebut model A-B-C.

4.    Rational Emotive Therapy
Menurut pengakuan ellis sendiri, corak konseling rational emotive therapy (RET) berasal dari aliran pendekatan kognitif behavioristik.
RET menunjukkan baik kelebihan maupun kelemahan. Kelebihannya ialah tekanannya pada peranan berbagai tanggapan kognitif terhadap timbulnya suatu reaksi perasaan. Kelemahannya ialah kurangnya pengakuan terhadap perasaan nada dasar sebagai suatu faktor yang sangat dominan dalam kehidupan manusia, yang tidak sebegitu mudah mengalami perubahan. Meskipun demikian, corak konseling ini sangat bermanfaat untuk diterapkan oleh konselor sekolah terhadap siswa remaja dan mahasiswa, yang mengalami reaksi-reaksi perasaan negatif yang kuat dan agak mewarnai suasana hati, seperti rasa cemas, rasa gelisah, rasa putus asa, tidak bergairah, dan tidak bersemangat.

5.    Konseling Eklektik
Istilah konseling eklektik menunjuk pada suatu sistematika dalam suatu konseling yang berpegang pada pandangan teoritis dan pendekatan, yang merupakan perpaduan dari berbagai unsur yang diambil atau dipilih dari beberapa konsepsi serta pendekatan. Konselor yang berpegang pada pola eklektik menguasai sejumlah prosedur dan teknik serta memilih dari berbagai prosedur dan aneka teknik yang tersedia, mana yang dianggapnya paling sesuai dalam melayani konseli tertentu.
Diusulkan suatu pola pendekatan dalam konseling di institusi pendidikan yang bersifat eklektik. Pola pendekatan yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a)    Fase pembukaan
b)    Fase penjelasan masalah.
c)    Fase penggalian masalah
d)    Fase penyelesaian masalah
e)    Fase penutup.

B.    Teori – teori yang lain
1.    Pendekatan afektif

a.    Psikoanalisis
b.    Psikologi individual
c.    Terapi gestalt
d.    Konseling eksistensial

2.    Pendekatan kognitif
a.    Analisis transaksional
b.    Sistematika Carkhuff

3.    Pendekatan behavioristik
a.    Reality Therapy
b.    Multimodal Counseling

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates