LAYANAN BIMBINGAN “PENGUMPULAN
DATA”
Layanan
bimbingan pengumpulan data yang bermutu tinggi harus terintegrasi, kontinu dan
berkesinambungan, serta bermanfaat. Terintegrasi berarti bahwa seharusnya
digunakan baik alat-alat tes seperti tes bakat dan tes minat, maupun alat-alat
non tes, seperti anekdota dan skala penilaian.
Dalam
rangka layanan pengumpulan data dijenjang pendidikan menengah pada umumnya
dibutuhkan data tentang masing-masing peserta dalam aspek-aspek sebagai berikut:
a. Latar
belakang keluarga
b. Riwayat
sekolah
c. Taraf
prestasi dalam bidang-bidang studi yang mempunyai relevansi bagi perencanaan
pendidikan lanjutan dan penentuan jabatan kelak
d. Taraf
kemampuan intelektual atau kemampuan akademik
e. Bakat
khusus
f. Minat
terhadap bidang studi dan bidang pekerjaan tertentu
g. pengalaman
diluar sekolah
h. ciri-ciri
kepribadian yang tidak termasuk dalam nomor (4), (5), dan (6) di atas
i.
kesehatan jasmani
Dalam
uraian selanjutnya akan dibahas sebagai alat tes dan alat nontes yang tersedia
untuk memperoleh data psikologis dan data sosial, yang kemudian ditafsirkan
dalam hubungannya satu sama lain. Mengingat kenyataan, bahwa konselor tidak
menciptakan sendiri alat-alat tes dan mempergunakan alat-alat tes yang
dikonstruksi serta diadministrasi oleh orang lain.
A.
Alat
– Alat Tes
1.
Aspek-Aspek
Testing yang Relevan
Testing adalah suatu metode penilaian
psikologis untuk memperoleh informasi tentang berbagai aspek dalam tingkah laku
dan kehidupan batin seseorang, dengan menggunakan pengukuran yang menghasilkan
suatu deskripsi kuantitatif tentang aspek yang diteliti. Alat yang digunakan
adalahtes yang distandarisasikan yang memuat koleksi persoalan, pertanyaan atau
tugas yang dianggap representatif bagi aspek bersangkutan. Standarisasi berarti
bahwa cara penyelenggaraan tes, cara memeriksanya dan penentuan norma
penafsiran adalah seragam. Tes merupakan instrumen penilaian yang obyektif,
dalam arti bahwa penyelenggaraan, pemeriksaan atau skoring, dan penafsiran
tidak tergantung pada pendapat pribadi orang yang menggunakan alat tes itu.
Pengertian validitas menunjuk pada
kesesuaian antara apa yang diteliti dalam tes dengan aspek yang direncanakan
untuk diteliti melalui tes itu. Terdapat empat jenis validitas, yaitu validitas
isi, validitas peramal, validitas perbandingan, dan validitas konseptual. Jenis
validitas tes yang paling relevan bagi pelayana bimbingan disekolah adalah
validitas isi dan validitas peramal.
Pengertian reliabilitas menunjuk pada
keajegan dalam hasil yang diperoleh bila mana seseorang mengerjakan suatu tes
pada waktu yang berlainan. Bila mana taraf reliabilitas tes tertentu tinggi,
berarti bahwa hasil yang diperoleh pada saat sekarang dan beberapa waktu
kemudian tidak akan jauh berbeda. Alat-alat tes akan digunakan dengan tujuan
tertentu. Keempat tujuan yang pokok adalah sebagai berikut :
a. Untuk
meramalkan atau memperkirakan
b. Untuk
mengadakan seleksi
c. Untuk
mengadakan klasifikasi
d. Untuk
mengadakan evaluasi
Keterlibatan seorang konselor sekolah
dalam testing terutama berkaitan dengan tugasnya mendampingi siswa dan
mahasiswa secara individual untuk mengembangkan diri secara maksimal dan
menyusun rencana masa depan secara realistis.
2.
Pemberian
Alat-Alat Tes Menurut Isi
Adapun
pemberian alat-alat tes menurut aspek isi adalah sebagai berikut :
a. Tes
hasil belajar, yang mengukur apa yang telah dipelajari diberbagai bidang studi.
Tipe tes hasil belajar yang khusus adalah tes kesiapan, yang bertujuan
memperkirakan sampai berapa jauh subyek dapat mengambil manfaat dari suatu
program pendidikan.
b. Tes
kemampuan intelektual, yang mengukur taraf kemampuan berpikir, terutama
berkaitan dengan potensi untuk mencapai taraf prestasi tertentu dalam belajar
di sekolah.
c. Tes
kemampuan khusus atau tes bakat khusus, yang mengukur taraf kemampuan seseorang
untuk berhasil dalam bidang studi tertentu, program pendidikan vokasional
tertentu atau bidang pekerjaan tertentu; lingkupnya lebih terbatas dari tes
kemampuan intelektual.
d. Tes
minat, yang mengukur kegiatan/kesibukan macam apa paling disukai seseorang tes
macam ini bertujuan membantu orang muda dalam memilih macam pekerjaan yang
kiranya paing sesuai baginya.
e. Tes
perkembangan vokasional, yang mengukur taraf perkembangan orang muda dalam hal
kesadaran kelak akan memangku suatu pekerjaan atau jabatan; dalam memeikirkan
hubungan antara memangku suatu jabatan dan ciri kepribadiannya serta beraneka
tuntutan sosial ekonomis dan dalam menyusun serta mengimplementasikan rencana
pembangunan masa depannya sendiri.
f. Tes
kepribadian, yang mengukur ciri-ciri kepribadian yang bukan khas bersifat
kognitif, seperti sifat karakter, gaya temperamen, corak kehidupan emosional,
kesehatan mental, jaringan relasi sosial dengan orang lain, dan aneka bidang
kehidupan yang menimbulkan kesukaran dalam penyesuaian diri.
3.
Program
Testing dan Penggunaan Hasil Testing
Secara ideal siswa-siswi dijenjang
pendidikan dasar samapi dengan jenjang pendidikan menengah dikenakan sejumlah
tes yang diberikan pada waktu-waktu tertentu. Inilah program testing yang
berlaku bagi semua siswa dan merupakan program testing umum. Program testing
umum ini diselenggarakan atas tanggung jawab institusi pendidikan. Data hasil
program testing umum dapat sangat berguna bagi keperluan pelayanan bimbingan.
Dalam rangka program testing khusus
dianjurkan supaya tes diagnostik dan tes kesiapan diberikan secara individual
menurut kebutuhan. Demikian pula tes kemampuan khusus, tes perkembangan
vokasional, tes minat dan tes kepribadian menurut kebutuhan yang tampak dalam
proses konseling.
Dalam hal testing hasil belajar, tenaga
pengajarlah yang harus meninjau relevansi isi tes terhadap materi suatu bidang
studi dalam hal testing kemampuan intelektual petugas bimbinganlah yang dapat
memberikan pandangan mengenai relevansi tes terhadap tujuan pendidikan
institusional. Dalam rangka program testing khusus petugas bimbinganlah yang
paling berwenang melalui kegunaan tes kemampuan khusus, tes minat, tes
perkembangan vokasional dan tes kepribadian. Dalam keadaan ini testing dapat
bermanfaat bagi :
a. Konselor,
untuk menentukan apakah dia mampu dan cukup berwenang untuk memberikan
pelayanan dan untuk memperoleh gambaran global tentang inti permasalahan serta
taraf berat ringannya, sebelum konseling yang sebenarnya dimulai.
b. Konselor,
untuk memperoleh gambaran lebih mendalam dan lebih lengkap tentang berbagai aspek
dalam kepribadian konseli dan dengan demikian dapat memberikan pelayanan yang
lebih baik.
c. Konseli,
untuk dapat menentukan apakah suatu program pendidikan lanjutan atau jenis
pekerjaan sesuai baginya atau tidak.
d. Konseli,
untuk memahami dirinya dengan lebih baik, juga sebelum dihadapkan pada
keharusan untuk membuat suatu pilihan mengenai program studi atau jenis
pekerjaan.
Sama seperti dalam program testing umum,
konseli harus bermotivasi baik sebelum akan menempuh suatu tes psikologis,
supaya bersikap serius dalam mengerjakannya dan lebih siap menerima hasilnya
sebagai informasi yng berguna baginya, juga bila mana hasilnya seperti yang
diharapkan. Testing tidak dapat dipaksakan, tetapi boleh dianjurkan bila data
yang dibutuhkan tidak dapat diperoleh dengan lain cara dan tersedia tes yang
relevan. Penentuan tentang tes mana yang paling relevan bagi kebutuhan konseli
adalah wewenang konselor di institusi pendidikan, yang seharusnya mengetahui
kelebihan dan kelemahan dari tes-tes yang tersedia, biarpun bukan konselor
sendiri yang mengadministrasikan. Data hasil testing dan laporan hasil testing
yang dikirimkan oleh psikolog atau lembaga yang berwenang, tidak terbuka bagi
siapa saja tetapi hanya untuk mereka yang berkepentingan dan menggunakan
informasi itu untuk membentu konseli.
B.
Alat
– Alat Nontes
Meskipunsuatu
alat tes dapat sangat bermanfaat untuk memperoleh data tentang siswa, namun
penggunaan alat itu pula mengandung kelemahan dan keterbatasan. Oleh karena
itu, diperlukan juga alat-alat nontes sebagai alat pengumpul data, khususnya
dalam hal memperoleh data sosial yang relevan, untuk menyimpan serta mengolah
keseluruhan data yang masuk.
1.
Angket
Tertulis
Alat
ini memeuta sejumlah item atau pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa secara
tertulis juga. Dengan mengisi angket ini siswa memberikan keterangan tentang
sejumlah hal yang relevan bagi keperluan bimbingan, seperti keterangan tentang
keluarga, kesehatan jasmani, riwayat pendidikan sekolah, pengalaman belajar
disekolah dan dirumah, pergaulan sosial, rencana pendidikan lanjutan, kegiatan
diluar sekolah, hobi dan kesukaran yang mungkin dihadapi. Kelemahannya ialah:
siswa tidak dapat memberikan penjelasan lebih lanjut karena jawabannya terbatas
pada hal-hal yang ditanyakan; siswa dapat sja menjawab tidak sesuai dengan
keadaan yang sebenanrnya kalau dia mnghendaki demikian; jawaban hanya
mengungkapkan keadaan siswa pada saat angket diisi. Bentuk aitem atau
pertanyaan terbuka yang memungkinkan siswa menjawab secara agak luas; atau
pertanyaan tertutup, yag mengharuskan siswa memilih saah satu alternatif; atau
pertanyaan campuran. Adapun persayaratan konstruksi adalah sebagai berikut :
a) Ditentukan
dengan tujuan apa angket diberikan dan dipikirkan luas informasi yang
dibutuhkan
b) Harus
ada introduksi yang menjelaskan kepada siswa dengan tujuan apa mereka diminta
mengisi angket, sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
c) Perumusan
semua aitem harus jelas dan isinya mudah ditangkap
d) Suatu
item jangan menanyakan dua hal sekaligus
e) Jangan
ditanyakan hal-hal yang dirasa mempermalukan atau mempunyai konotasi emosional
negatif.
f) Perumusan
item jangan mengandung petunjuk tentang jawaban yang baik atau mengandung
sugesti mengenai jawaban yang ideal.
g) Bilaman
item tertentu ada lanjutannya, sebaiknya dipisahkan menjadi dua bagian; bagian pertama
dapat dijawab dengan ya-tidak lebih dahulu.
h) Susunan
teknis perlu diperhatikan.
i)
Suatu butir yang cara menjawabya berbeda
dengan butir lainnya, harus disertai instruksi yang jelas.
j)
Pengisisna angket harus dilangsungkan
pada waktu yang tepat.
k) Mengingat
keadaan siswa dalam beberapa hal mungkinsudah berubah pada waktu setahun
sesudah mengisi angket untuk pertama kali, angket dapat dikembalikan kepada
siswa dikelas II dan III untuk disesuaikan seperlunya dngan menggunakan alat
tulis yang berbeda warnanya.
Setelah
semua angket diisi, lalu dikumpulkan untuk dipelajari dan diolah oleh orang
yang disebut dalam introduksi angket. Jawaban-jawaban yang mencolok dapat
ditandai atau dicatat pada kertas khusus untuk keperluan petugas bimbingan
sendiri. Kemudian item-iten tertentu disalin kedalam kartu pribadi sebagai alat
sentral penyimpanan data sebagaimana akan diuraikan kemudian.
Dapat
pula disusun angket untuk diisi oleh orang tua, sebagai sarana untuk
mendapatkan informasi tambahan tentang siswa. Manfaat dan kegunaan angket bagi
orang tua harus dipertimbangkan secara matang, karena tidak semua orangtua akan
memberikan informasi obyektif seperti yang diharapkan. Kecenderungan orang tua
biasanya ingin melindungi nama baik keluarga dengan menyembunyikan beberapa hal.
2.
Wawancara
Informasi
Wawancara
informasi adalah alat pengumpulan data untuk memperoleh data dan informasi dari
siswa secara lisan. Selama pertemuan itu petugas bimbingan mengajukan
pertanyaa, minta penjelasan atau sebagai jawaban yang diberikan, dan membuat
catatan mengenai hal-hal yang diungkapkan kepadanya. Wawancara informasi
digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi yang sulit diperoleh dengan
lain cara, untuk melengkapi data dan informasi yang sudah terkumpul dengan lain
cara untuk mengecek kebenaran dan fakta dan data yang telah diketahui melalui
saluran lain; dan untuk mengadakan observasi terhadap tingkah laku siswa.
Keunggulan
dari wawancara informasi ialah; diperoleh informasi dalam suasana komunikasi
langsung yang memungkinkan siswa selain memberitahukan data faktual seperti
yang banyak ditanyakan dalam angket tertulis, juga mengugkapkan sikap, pikiran,
harapan dan perasaan; perumusan pertanyaan informatif dapat disesuaikan dengan
daa tangkap siswa dapat ditanyakan hal-hal yang bersifat sensitif. Hambatan
yang dapat timbul ialah : makan banyak waktu dan energi bagi petugas bimbingan;
siswa berprasangka terhadap petugas bimbingan dan memberikan informasi yang
tidak sesuai dengan keadaan yng sebenarnya atau tidak lengkap; petugas
bimbingan mendengarkan terlalu selektif atau bertanya-tanya dengan cara yang
segestif; pembuatan catatan memberikan kesan kepada siswa bahwa dia sedang
berhadapan dengan petugas bimbingan. Mewawancarai seorang siswa menuntut
keterampilan, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a) Mengadakan
persiapan
b) Berpegang
pada urutan fase dalam wawancara
c) Menunjukkan
sikap yang serasi
d) Merumuskan
pertanyaan dalam corak bahasa yang jelas dan mudah ditangkap dengan menghindari
istilah terlalu teknis dan bahasa asing.
e) Tidak
memaksa-maksa siswa yang sulit berbicara atau lambat dalam menjawab untuk
memberikan penjelasan panjang lebar.
f) Membatasi
lamanya wawancara; lebih kurang 45 menit biasanya sudah cukup.
g) Menghindari
perumusan pertanyaan sugestif.
h) Berwaspadalah
terhadap kemungkinan bahwa informasi yang diberikan tidak sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya atau siswa menghindari jawaban yang terbuka terhadap pertanyaan
tertentu.
i)
Minta izin kepada siswa untuk membuat
catatan seperlunya.
3.
Otobiografi
Merupakan
karangan yang ditulis oleh siswa mengenai riwayat hidupnya sampai pada saat
sekarang. Riwayat hidup dapat mencakup keseluruhan hidupnya yang lampau atau
hanya satu dua aspek kehidupannya saja. Manfaat dari menulis suatu otobiografi
tergantung dari kerelaan siswa untuk membuka diri. Dari segi bentuk,
otobiografi dibedakan atas bentuk yang terstruktur atau yang terbatas pada
topik-topik tertentu, dan yang tidak terstruktur atau yang komprehensif.
Meskipun
semua siswa dapat mengambil manfaat dari penulisan otobiografi, namun mengingat
keterbatasan tenaga bimbingan yang berkompeten untuk menggunakan alat ini dan
keterbatasan waktu untuk mengolah semua karapan ini secara memadai, hanya
beberapa siswa akan menjadi menulis otobiografi dan ini pun dalam kaitan dengan
masalah yang dibahas dalam rangka wawancara konseling. Konseling harus
mengindahkan berbagai ketentuan sebagai berikut :
a. Harus
ada kepastian bahwa penulisan otobiografi akan membantu siswa dalam mengatasi
masalah yang dihadapi sekarang ini.
b. Konseli
tidak boleh dipaksa untuk menulis otobiografi.
c. Konselor
harus menilai dahulu, apakah siswa memang mampu untuk mengungkapkan semua
secara tertulis dan sudah cukup matang dalam hal refleksi diri.
d. Konselor
perlu menekankan bahwa segi teknik pembahasan tidak akan diperhatikan;
spontanitas dalam ekspresi dan keterbukaanlah yang diharapkan, bukan
kesempurnaan dalam teknik penulisan.
e. Pada
umumnya lebih baik konselor memberikan beberapa petunjuk tentang topik-topik
yang harus diungkapkan dengan memperhatikan masalah yang sedang dicari
penyelesaiannya.
f. Kerahasiaan
otobiografi harus dijamin seutuhnya.
g. Dalam
mengadakan interpretasi konselor akan mencari jawaban atas serentetan
pertanyaan
h. Seandainya
konseli tidak menerima usul untuk menulis otobiografi atau dipandang kurang
mampu menyusunnya, konseli dapat ditanyai apakah dia mempunyai suatu buku
harian yang diisi secara berskala.
i. Kadang-kadang sepucuk surat yang berisi
ungkapan permasalahan bersama latar belakangnya, sedikit banyak dapat
menggantikan otobiografi.
4.
Anekdota
Anekdota
merupakan laporan singkat tentang perilaku seseorang siswa dan memuat deskripsi
obyektif tentang tingkah laku siswa pada saat tertentu. Maka suatu anekdota
yang baik memuat unsur pokok sebagai berikut; nama siswa; tanggal observasi;
tempat observasi; situasi dimana perbuatan diobservasi.
Yang
menulis laporan anekdota adalah tenaga pendidik, baik guru maupun nonguru yang
sempat mengobservasi tingkah laku siswa dan siswi dalam berbagai situasi
disekolah. Tujuan dari penulisan anekdota adalah mengumpulkan informasi yang
relevan tentang kepribadian siswa melalui pencatatan fakta yang diamati dalam
lingkungan sekolah. Supaya penggunaan anekdota bermanfaat bagi keperluan
bimbingan, harus dipenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Koordinasi
bimbingan pada awal tahun ajaran mencari bantuan dari beberapa guru dan tenaga
bimbingan yang berminat berpartisipasi dalam proyek ini dan bersedia untuk
menyisihkan waktu guna menulis sejumlah anekdota.
b. Koordinator
bimbingan merundingkan tujuan yang ingin dicapai dan segi-segi teknik
penulisan, antara lain format yang digunakan, corak deskripsi, pemisahan
komentar dari bagian yang memuat deskripsi, laporan kata-kata yang diucapkan
secara harfiah.
c. Diputuskan
bersama, siswa siwi yang akan observasi
d. Ditentukan
bersama prosedur yang akan diikuti
e. Disepakati
bersama peristiwa atau kejadian yang bagaimana, yang dapat dianggap signifikan
dan menyatakan sesuatu tentang kepribadian siswa.
f. Menjelang
akhir semester atau menjelang akhir tahun ajaran, ahli bimbingan yang diserahi
sejumlah anekdota mengambil tumpukan anekdota dan menyusun suatu seri anekdota
untuk masing-masing siswa.
g. Proyek
semacam ini baru boleh dimulai setelah ada
jaminan tentang partisifasi seluruh staf tenaga pendidik.
5.
Skala
Penilaian
Skala
penilaian merupakan sebuah daftar yang menyajikan sejumlah sifat sebagai butir
atau item. Penilaian diberikan berdasarkan observasi spontan terhadap perilaku
orang lain, yang berlangsung dalam bergaul dan berkomunikasi sosial dengan
orang itu selama periode waktu tertentu. Terdapat beberapa tipe skala penilaian
antara lain :
a. Skala
numerik. Skala ini menggunakan rentetan angka untuk menunjukkan titik gradasi
disertai penjelasan singkat pada masing-masing angka.
b. Skala
penilaian grafis. Skala ini menggunakan suatu garis sebagai kontinum.
c. Daftar
cek. Skala ini menyerupai item dalam tes hasil belajar, bentuk obyektif dengan
tipe pilihan berganda.
6.
Sosiometri
Sosiometri merupakan
suatu metode untuk memperoleh data tentang jaringan hubungan sosial dalam suatu
kelompok, yang berukuran kecil sampai sedang (10-50 orang), berdasarkan
preferensi antara anggota kelompok satu sama lain. Tes sosiometri ada dua
macam, yaitu tes yang mengharuskan untuk memilih beberapa teman dalam kelompok
sebagai pernyataan kesukaan untuk melakukan kegiatan tertentu bersama dengan
sosok teman yang dipilih, dan tes yang mengharuskna menyatakan kesukaannya atau
ketidaksukaannya terhadap teman-teman dalam kelompok pada umumnya. Ciri khas
dari penggunaan angket sosiometri atau tes sosiometri yang terikat pada situasi
pergaulan sosial kreterium tertentu adalah :
a. Dijelaskan
kepada siswa yang tergabung dalam suatu kelompok.
b. Setiap
siswa diminta untuk menulis pada blanko yang disediakan nama beberapa teman
didalam kelompok, dengan siapa dia ingin dan lebih suka melakukan kegiatan itu.
c. Setiap
siswa dalam kelompok menangkap dengan jelas kegiatan apa yang dimaksud dengan
mengetahui bahwa kegiatan itu terbuka bagi semua.
d. Pilihan-pilihan
yang ditulis pada lembar jawaban tidak diberitahukan satu sama lain dan juga
tidak diumumkan oleh tenaga pendidik yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
tes dan pembentukan beberapa kelompok.
Cara
mengolah data ada tiga, yaitu mengadakan analisa indeks, menyusun tabel atau
membuat sosiogram.
7.
Kunjungan
Rumah
Kunjungan
rumah bertujuan lebih mengenal lingkungan hidup siswa sehari-hari, bila
informasi yang dibutuhkan tidak dapat diperoleh melalui angket atau wawancara
informasi. Mungkin juga petugas bimbingan mengadakan kunjungan rumah khusus
untuk membicarakan kasus seoarng siswa bila memerlukan kerja sama dengan orang
tua meskipun orang tua dalam hal ini orang tua biasanya diundang keselkolah. Bilamana
petugas siswa menganggap perlu atau sangat berguna untuk mengadakan kunjungan
rumah, harus diperhatkan hal-hal sebagai berikut :
a. Mengadakan
persiapan mental sebelumnya; mengenai hal-hal/informasi apa yang ingin
diperoleh.
b. Meghindari
memberikan kesan seolah-olah diadakan pemeriksaan yang dibutuhkan.
c. Harus
ada kepastian sebelum berkunjung, bahwa kedatangan petugas bimbingan akan
disambut dengan baik.
d. Informasi
yang dapat dikumpulkan biasanya mencakup hal-hal sebagai berikut :
1) Letak
rumah dan keadaan didalam rumah
2) Fasilitas
belajar yang tersedia bagi siswa
3) Kebiasaan
belajar siswa
4) Suasana
keluarga
e. Sesudah
kembali dari kunjungan rumah, petugas bimbingan menyusun laporan singkat
tentang informasi yang diperoleh, dengan membedakan antara fakta serta data dan
kesan pribadi yang merupakan interpretasi terhadap informasi.
8.
Kartu
Pribadi
Kartu
pribadi merupakan aplikasi dari penyusunan suatu arsip yang memuat data penting
tentang seseorang. Dalam bahasa inggris arsip itu dikenal dengan nama
cumulative record, yaitu seri catatan yang disusun secara kronologis dan
semakin bertambah luas karena penambahan data secara kontinu. Dalam rangka
pelayanan bimbingan disekolah, cumulative record berarti: suatu seri catatan
tentang masing-masing siswa yang disusun selama beberapa tahun dan memuat data
yang signifikan bagi keperluan bimbingan.
9.
Studi
Kasus
Stud kasus dalam
rangka pelayanan bimbingan merupakan metode untuk mempelajari keadaan dan
perkembangan seseorang siswa secara lengkap dan mendalam, dengan tujuan
memahami individualitas siswa dengan lebih baik dan membantunya dalam
perkembangan selanjutnya.
Daftar Pustaka
Winkel, W.S. (2010). Bimbingan dan
Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta:Media Abadi
0 komentar:
Posting Komentar