Minggu, 22 Januari 2012


Cinta Ibu Menentukan Watak Anak

Kompas.com - Di usia balita, bukan hanya kebutuhan gizi saja yang wajib menjadi perhatian para orangtua. Inilah saat yang paling tepat menanamkan rasa cinta dan kasih sayang karena dampaknya akan terus terbawa hingga dewasa.
Meski bayi belum dapat membalas ucapan ayah ibunya, ia dapat menangkap rasa cinta yang disampaikan melalui tatapan, usapan, dan pelukan. Dan, ekspresi cinta yang ditangkapnya akan menjadi modal baginya untuk mengembangkan kekuatan emosional yang kelak membantunya mengatasi stres.
Karena itulah, para pakar menilai ikatan batin antara ibu dan anak menjadi kunci yang menentukan apakah seseorang akan tahan uji melewati berbagai fase kehidupan. Namun, sikap kasih sayang yang ditunjukkan secara berlebihan juga tidak disarankan karena bisa membuat anak merasa terganggu dan malu, terutama ketika anak mulai beranjak besar.
“Kasih sayang yang dicurahkan orangtua kepada anak bukan hanya mengurangi stres, tetapi juga membantu mengembangkan keterampilan sosialnya yang kelak membantunya di usia dewasa,” kata Dr Joanna Maselko.
Dalam risetnya, Maselko dan timnya mengamati 500 orang di Amerika sejak mereka bayi hingga dewasa. Ketika para responden itu masih bayi, peneliti menilai respons ibu mereka terhadap emosi dan kebutuhan anak. Misalnya menilai apakah terdapat interaksi yang hangat antara keduanya.
Tiga puluh tahun kemudian, para peneliti meminta para responden yang kini sudah dewasa itu untuk mengikuti survei mengenai emosi dan perasaan. Ternyata, responden yang dilimpahi kasih sayang oleh ibunya mampu mengatasi tekanan hidup secara lebih baik. Mereka juga mampu mengatasi kecemasan dan emosi negatif.
Dr Terri Apter, psikolog dari Cambridge yang sering melakukan studi mengenai hubungan ibu dan anak, mengatakan, orangtua harus bersikap responsif terhadap kebutuhan anak. “Setiap bayi lahir tanpa tahu bagaimana mengatur emosi mereka. Mereka mempelajari emosi dari kesusahan dan juga ketenangan yang didapatnya,” katanya.
Ibu yang responsif, lanjut Terri, paham apakah perhatian yang diberikannya sudah cukup atau kurang. “Ibu yang responsif bukan cuma tahu kapan harus memberi perhatian, tetapi juga kapan harus menjaga jarak,” ujarnya. (kompas.com)


6 Perilaku Anak yang Harus Diperbaiki

Kebiasaan-kebiasaan di bawah ini terlihat sepele. Tetapi jika perilaku si kecil yang tak terpuji berikut ini dibiarkan, bisa berkembang menjadi kebiasaan buruk, yang malah membutuhkan lebih banyak waktu dan tenaga.  Apa saja gerangan kebiasaan tak baik ini, dan mengapa harus segera diperbaiki?
1. MEMOTONG PEMBICARAAN
Mengapa Harus Dicegah: Kemungkinan anak sedang dalam keadaan sangat gembira, sehingga amat tak sabar untuk segera menceritakannya pada Anda. Jadilah ketika Anda sedang terlibat dalam sebuah pembicaraan dengan orang lain, si kecil menyela, memotong pembicaraan dengan hebohnya. “Mama, tadi di sekolah aku dapat stiker dari Bu Guru, soalnya aku pandai.”
Jika perilakunya ini dibiarkan, dengan kata lain Anda dengan senang hati menjawab atau menanggapinya, berarti Anda tidak mengajarkan bagaimana seharusnya menghargai, memperhatikan kepentingan orang lain, dan hanya memikirkan diri sendiri. Nah, kalau hal ini dibiarkan saja, akhirnya anak akan berpikir, dia berhak mengambil perhatian orang lain kapan saja dia mau dan tak perlu bertoleransi pada kepentingan/kesibukan orang lain. Anak juga akan mudah merasa frustrasi jika suatu ketika tidak diikuti kemauanya.
Cara Mencegah: Pada suatu kesempatan, jika Anda sedang menelepon atau berbincang dengan teman dan si kecil menyela, katakan padanya, dia harus menunggu dan jangan memotong pembicaraan yang sedang Anda lakukan. Carikan kesibukan untuknya atau biarkan dia bermain dengan suatu mainan yang membuat konsentrasinya terpusat ke situ.
Seandainya dia memaksa bicara, dudukkan di kursi dan katakan dengan lembut, “Tunggu di sini sampai Mama selesai bicara, ya.” Begitu pembicaraan selesai, jelaskan pada anak, dia tidak akan mendapat yang diinginkan jika Anda sedang terlibat pembicaraan dengan orang lain. Jadi, jangan memotong pembicaran ketika Anda sedang berbicara.
2. BERTINGKAH KASAR
Mengapa harus Dicegah: Anda memang harus mencermati ketika si kecil memukul teman bermainnya, tapi tidak harus berlaku lebih agresif seperti mendorong atau menariknya. Sebab, jika Anda membiarkannya berperilaku kasar, bisa menjadi kebiasaan di samping seakan-akan Anda mengizinkan si kecil menyakiti orang lain.
Cara Mencegah: Langsung hadapi setiap perilaku agresif yang dilakukan anak secepatnya. Ajak atau panggil anak, kemudian katakan kepadanya sambil memberinya pengertian bahwa hal itu menyakitkan temannya. Katakan pula, bagaimana rasanya jika sebaliknya temanlah yang menyakiti/memukul dia.
Esoknya atau di lain waktu, pada waktu dia akan mulai bermain lagi, ingatkan bahwa ia tidak diperbolehkan bertindak kasar atau menyakiti orang lain. Cobalah untuk menolongnya dengan mengingatkannya agar tidak mengulangi perbuatan buruknya dan jika dia melakukan kekerasan lagi, stop bermain!
3. PURA-PURA TAK MENDENGAR
Mengapa Harus Dicegah: Ulangi ucapan Anda sampai dua, tiga, bahkan empat kali agar dia mendengar dan mengerjakan apa yang Anda inginkan. Misalnya, membawa barang ke kamarnya atau membereskan mainan. Katakan padanya, tidak baik untuk pura-pura tak mendengar atau mengacuhkan apa yang Anda katakan dan tidak melaksanakan atau tidak melakukan apa yang harus dikerjakannya.
Anda harus terus mengingatkannya lagi dan lagi sampai ia melakukannya. Koreksi merupakan kekuatan di dalam pembentukan sifat dan jika Anda terus melakukan agar ia berperilaku baik, akhirnya anak akan menjadi biasa dengan segala sesuatu yang baik. Sebaliknya, jika dibiarkan, anak akan melawan, tak mau tahu aturan, dan lepas kontrol.
Cara Mencegah:Daripada berbicara sambil berteriak-teriak dari dalam kamar, sebaiknya datangi anak dan katakan padanya apa yang harus dilakukannya. Tatap mukanya, pandang matanya, saat berbicara padanya, dan tunggu sampai dia menjawab, “Ya.” Belai pundaknya, sebut namanya dengan lembut, matikan TV. Hal ini akan membuat perhatiannya penuh diberikan pada Anda.
Jika ia tetap tak peduli, tidak bergerak, beri hukuman padanya semisal tak boleh menonton film kartun favoritnya selama seminggu, tak boleh main sepeda, dan lainnya. Hal ini harus diterapkan pada anak agar kebiasaan buruknya itu tak terbawa hingga ia dewasa kelak.
4. TANPA ATURAN
Mengapa Harus Dicegah: Pastinya menyenangkan jika anak dapat membeli sendiri snack atau DVD kesukaannya. Tapi cobalah tetap mengontrol kegiatannya supaya tetap sesuai dengan aturan yang berlaku dalam keluarga. Mungkin terdengar hebat jika anak usia 2 tahun sudah bisa dan terbiasa mengambil makanan dari lemari sendiri tanpa meminta izin pada Anda. Tapi tunggu sampai dia berumur 8 tahun, saat ia pergi ke rumah teman tetangga, mengambil semaunya tanpa meminta. Nah, memalukan, bukan?
Cara Mencegah: Buat aturan-aturan di rumah dan bicarakan hal ini sesering mungkin dengan anak-anak. Misalnya, jika ia menginginkan cokelat, anak harus minta izin terlebih dahulu dan itu adalah peraturan yang berlaku di rumah Anda. Atau jika anak langsung menyalakan TV tanpa izin Anda, minta agar ia mematikannya dan setelah itu terangkan sambil mengajarkan padanya bahwa dia harus minta izin Anda terlebih dahulu jika ingin menonton TV.
Membuat dan menjalankan aturan akan menolong anak berdisplin, menghargai orang lain, dan tak cuma memikirkan kesenangan diri sendiri.
5. ATURAN MINIM
Mengapa Harus Dicegah: Mungkin tidak pernah terpikir oleh Anda ketika anak masih kecil ia berteriak-teriak atau membiarkan ingus keluar dari hidung tanpa mengajarinya untuk menyekanya. Akhirnya, perilaku itu terbawa hingga ia besar dan sudah sulit diperbaiki.
Pada umumnya, perilaku yang tidak baik sering dimulai ketika anak berada dalam usia balita. Beberapa orang tua berpendapat, “Toh, nanti juga hilang sendiri,” Padahal, jika Anda tidak mengajarkannya sejak dini, bisa menjadi masalah besar di masa datang.
Cara Mencegah: Biasakan anak mengerti dan menaati perilaku serta tata terib dengan baik. Katakan sejak sedini mungkin, ada aturan untuk berbuat yang lebih baik di depan umum. Seperti misalnya jika anak pilek, beri dia tisu dan ajarkan cara membersihkan hidungnya jika ingus keluar, lalu buang tisu di tempat sampah. Jika ia mememerlukan sesuatu, biasakan untuk mendekat dan berkata dengan sopan, bukan berteraik-teriak memanggil-manggil.
Jika anak tetap melakukan apa yang telah diajarkan, Anda dapat menolak keinginannya dengan cara pergi sambil mengatakan bahwa Anda tidak mau menolongnya jika dia tetap berlaku yang tidak semestinya. “Kalau kamu ngomongnya sopan, Mama akan mendengarkannya.” Lakukan terus dengan konsisten.
6. MEMBESAR-BESARKAN KENYATAAN ALIAS BOHONG
Mengapa Harus Dicegah: Jangan menganggap seolah-olah bukan suatu hal yang penting jika anak Anda mengatakan dia telah merapikan tempat tidurnya dengan susah payah padahal hal itu sama sekali tak benar. Atau dia bercerita kepada temannya bahwa liburan kemarin dia pergi ke Disney World padahal sebetulnya dia belum pernah ke sana. Bahkan naik pesawat terbang pun, belum pernah.
Jika hal ini terjadi, sangat penting untuk membicarakannya dengan anak dan jangan pernah dibiarkan! Soalnya, berbohong dapat menjadi suatu hal yang otomatis. Kalau anak belajar dan merasa bahwa dengan membual merupakan cara yang mudah agar dia dipandang lebih hebat oleh temannya atau mencegah terjadinya masalah yang lebih besar yang telah diperbuatnya, segera perbaiki tingkah laku anak!
Cara Mencegah: Jika Anda mendapati anak berbohong, ajak dia duduk bersama dan langsung bicarakan mengenai masalahnya. Misalnya, Anda mengatakan, “Memang sangat menyenangkan, ya, kalau kita bisa pergi ke Disney World. Mudah-mudahan suatu hari kita bisa pergi ke sana. Tapi kamu enggak boleh berbohong bilang pada temanmu sudah pergi ke sana. Sebab, kalau kamu suka berbohong, nanti jika kamu benar-benar melakukan sesuatu yang benar, tidak akan ada lagi yang percaya karena tahu kamu sudah berbohong. Nah, akhirnya kamu enggak punya teman. Enggak enak, kan?”
Atau jika anak berkata sudah menggosok giginya, periksa giginya. Jika ternyata belum, suruh dia segera menggosok gigi dengan bersih. Kontrol terus hal-hal seperti ini dan berikan mereka pengertian. Jangan pernah bosan melakukannya! Anda ingin si kecil berperilaku baik di saat ia besar nanti, kan?
Sumber : Ir. Hendry Risjawan, MTC, CH, CHt, CHI, EITC


Seks Bebas di Usia Dini atau Nikah Dini?

Gejala pergaulan bebas yang sudah menjadi model kehidupan masyarakat belakangan ini, telah memposisikan Indonesia berada dalam cengkraman kejahatan seks bebas yang merupakan ikutan dari politik global.
Pernyataan ini disampaikan dr Rini dari Forum Muslimah untuk Indonesia Sehat dalam diskusi interaktif Kesehatan Reproduksi Remaja di kampus Universitas Islam Bandung (Unisba). Menurutnya, kebijakan pemerintah dalam pencegahan perkawinan dini atau usia muda yang masih diberlakukan hingga sekarang, menjadi salah satu faktor pemicu masuknya kejahatan seks bebas.
“Pemerintah harusnya melakukan langkah-langkah pencegahan bagi terjadinya model dan gaya hidup seks bebas, tapi yang dicegah justru perkawinan dini,” kata dia.
Menurut Rini,  seharusnya yang dicegah bukan pernikahanan dini, tetapi perilaku seks bebas yang jauh membawa dampak buruk termasuk penyakit kelamin dan penyakit moral.
Pandangan bahwa nikah dini sebelum usia 18 tahun akan terkena risiko “cancer cervix” hanyalah sebuah hipotesa, karena faktanya Ca-cervix adalah akibat terserang kuman HPV secara persisten dan akibat suka berganti-ganti pasangan.
Terkait dengan amandemen UU no.23/1992 Tentang Kesehatan yang sepintas melegalkan aborsi, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) ini menolak tegas.
Tidak ada aborsi yang aman, tidak dilegalkan saja kasus aborsi sudah 3 juta per tahun.
Aborsi dapat menyebabkan komplikasi urologi, kemandulan, kematian, dan konflik kejiwaan. Aborsi bukan hanya masalah medis, tetapi juga merupakan masalah sosial.
Dokter muda ini pun menyayangkan penyuluh kesehatan yang kerap kali menggunakan alat peraga. “Penjelasan organ-organ reproduksi, organ genital, baik dari segi fisiologis maupun anatomis akan membentuk persepsi seksual yang akan menggelorakan nafsu seksual yang akhirnya mendorong seks bebas,” katanya.
Menurut Elma Triyulianti, Sie Remaja dan PHR Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jabar, angka penderita dan penularan HIV di Jawa Barat menjadi nomor satu di Indonesia.
Selama ini BKKBN berusaha memberikan informasi konseling dan kesehatan reproduksi remaja sehubungan dengan alat reproduksinya. BKKBN memprioritaskan penyuluhannya kepada masyarakat. Pendewasaan usia perkawinan melalui program kesehatan reproduksi remaja.


Tidur Dapat Kurangi Depresi

Jangan biasakan begadang, kalau tidak ada aktivitas penting dan genting….anda biosa jadi mudah pening. Terutama bagi  remaja yang biasa tidur lewat tengah malam akan lebih mudah terkena depresi, dibanding yang tidur lebih awal
Penelitian terbaru yang dilakukan di New York menunjukkan bahwa tidur lebih awal akan melindungi para remaja dari depresi dan pemikiran ingin bunuh diri.
Dari 15.500 remaja berusia 12 sampai 18 tahun yang dijadikan bahan studi, mereka yang tidur sebelum tengah malam, memiliki 24 % kecenderungan untuk mengalami depresi dibandingkan mereka yang tidur sebelum jam 22.00.
Dan mereka yang tidur kurang dari lima jam dalam semalam memiliki 71 persen kemungkinan depresi, dibandingkan mereka yang tidur selama delapan jam, demikian laporan Jurnal Tidur (Sleep).
Di Inggris diperkirakan sekitar 80 ribu anak-anak dan remaja mengalami depresi.
Para peneliti dari Pusat Medis Universitas Kolumbia di New York mengumpulkan daya dari 15.500 remaja di tahun 1990-an.
Resiko depresi
Di antara mereka yang memiliki resiko depresi tinggi, mereka yang diperintahkan tidur oleh orang tua mereka atau yang tidur setelah tengah malam, 20% lebih tinggi kemungkinan memikirkan tindakan bunuh diri dibandingkan mereka yang tidur sebelum jam 2200.
Mereka yang tidur kurang dari lima jam memiliki 48% lebih tinggi untuk bunuh diri dibandingkan mereka yang tidur selama delapan jam.
Para remaja yang melaporkan mereka “cukup tidur” 65%  lebih kecil kemungkinan mengalami depresi.
Depresi dan pemikiran ingin bunuh diri lebih banyak terjadi pada anak-anak perempuan, remaja yang tua, atau mereka yang memiliki persepsi diri yang rendah.
Kebanyakan orang tua dalam studi itu menetapkan batas waktu tidur sekitar jam 22.00 atau lebih awal.
Secara rata-rata, para remaja ini tidur tujuh jam 53 menit setiap malam –kurang dari sembilan jam dari rekomendasi untuk anak-anak seumur mereka.


Nonton TV Sebabkan Serangan Jantung dan Kanker

Para penikmat televisi dan orang-orang yang terlalu banyak duduk, beresiko tinggi terkena serangan jantung dan kanker

Jika setiap hari menonton televisi, maka resiko kematian akibat terkena serangan jantung meningkat 1/5 kali. Begitu pula dengan aktivitas sendiri, seperti mengemudi dan duduk di depan komputer, beresiko besar terkena penyakit serius, demikian kesimpulan para peneliti Australia.
Para peneliti menemukan bahwa orang-orang yang menghabiskan waktu lebih dari empat jam menonton televisi, 80 persen cenderung meninggal karena penyakit yang berkaitan dengan jantung, dibandingkan mereka yang menonton televisi kurang dari dua jam.
Dengan menelusuri gaya hidup 8.800 orang dewasa dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir, peneliti juga menemukan bahwa mereka yang senang menonton tv lebih beresiko meninggal karena kanker.
Hasil penelitian tersebut dimuat dalam jurnal kesehatan Circulation: Journal of the American Heart Association edisi bulan ini.
Pemimpin penelitian Prof David Dunstan, dari Baker IDI Heart and Diabetes Institute di Victoria mengatakan, “Kebanyakan orang, sehari-hari mereka punya kebiasaan pindah dari satu kursi ke kursi lainnya–dari kursi mobil ke kursi kantor, lalu ke kursi di depan televisi.”
“Bahkan jika seseorang memiliki bobot tubuh yang sehat, duduk untuk jangka waktu yang lama memiliki dampak yang tidak sehat bagi kadar gula tubuh dan lemak dalam darah.”
Para peneliti memeriksa tingkat kadar kolesterol dan gula darah mereka–sebagai indikator kunci kesehatan–dan berapa jam mereka habiskan untuk menonton televisi.
Dalam enam tahun, sebanyak 87 orang meninggal akibat penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskuler, dan 125 orang meninggal karena kanker.
Penelitian yang dilakukan itu mengesampingkan faktor resiko lainnya, seperti merokok dan tekanan darah tinggi.
Para peneliti menganjurkan agar orang-orang menghindari kebiasaan duduk dalam jangka waktu yang lama, untuk mengurangi resiko terbentuknya penyakit.


Anak Korban Sodomi Mudah Terangsang

JAKARTA, Anak-anak yang menjadi korban perilaku seks menyimpang seperti sodomi cenderung menjadi mudah terangsang.  Fenomena ini secara psikologis biasa disebut mengalami sexualization of behavior.
Anak-anak yang menjadi korban akibat terpapar pada seks usia dini kerap mengalami trauma yang wujudnya tidak selalu berbentuk perilaku dan emosi depresif atau agresif.
“Terpapar pada aksi seksual pada usia dini dapat mengakibatkan anak mengalamisexualization of behavior. Konkretnya, anak kemudian dapat dengan mudah mengasosiasikan berbagai objek dengan sensasi keterangsangan seksual,”
Contohnya jika saat melihat air, anak-anak korban ini bisa jadi terangsang untuk melakukan onani atau masturbasi. Saat melihat binatang, anak jadi terpancing untuk bereksperimentasi secara seksual. “Saat stres, anak ‘mengatasinya’ dengan lagi-lagi melakukan tindakan seksual
Sexualization of behavior,  saat ini masih belum banyak dipahami oleh masyarakat, bahkan para profesional. Perilaku serba-seks, betapapun demikian, tidak dapat serta-merta disimpulkan sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh seks. Karena toh motifnya bisa saja bukan seks. Kompleks, memang.
Untuk memulihkan kondisi kejiwaannya, anak-anak yang mengalami reaksi depresif, agresif, dan sexualization of behavior dapat diberikan terapi. Treatment yang terfokus pada modifikasi kognisi-behavioral (pikiran dan perilaku). Mereka dibimbing untuk sadar akan hakekat perilaku mereka, dan secara gradual dilatih agar mampu memutus mata rantai antara syahwat dan aksi.


Seks Online Makin Akrab dengan Anak-anak


ilustrasi (ist) Salah satu sisi kelam dunia internet, yakni hal-hal berbau cabul nampaknya makin akrab dengan anak-anak di sepanjang tahun 2009 ini.
Ini terlihat dari hasil penelitian vendor keamanan Symantec, yang mengungkap 100 topik pencarian paling populer tahun ini di kalangan anak-anak anak usia 13-18 tahun.
Memprihatinkan, karena kata kunci seks dan porno ternyata menduduki salah satu posisi tertinggi dalam daftar tersebut.
Berdasar kategori jenis kelamin, topik seks bercokol di tempat keempat pencarian paling populer bagi anak lelaki dan di posisi kelima daftar pencarian anak perempuan.
Anak laki-laki sepertinya lebih tertarik pada hal-hal berbau mesum, karena topik porno bertengger di tempat kelima dalam daftar mereka. Sementara anak perempuan cenderung menggemari subyek seperti musik, acara televisi, film dan selebritis.
Selebritis yang paling banyak dicari adalah Michael Jackson, meski posisinya di luar 10 besar. Seleb seperti Miley Cyrus, Britney Spears, dan Jonas Brothers juga paling banyak diminati.
Seperti detikINET kutip dari Cnet, Senin (21/12/2009), untuk mengkompilasi daftar 100 besar ini, Symantec menganalisis 14,6 juta pencarian yang dilakukan via layanan Online Family Norton.
Berikut adalah salah satu hasil penelitian yang memuat 10 besar topik pencarian di kalangan anak-anak sepanjang 2009:
  1. YouTube
  2. Facebook
  3. Google
  4. Sex
  5. MySpace
  6. Porn
  7. Yahoo
  8. YouTube.com
  9. eBay
  10. WIkipedia
(sumber;Fino Yurio Kristo - detikinet)


Bocah Lelaki yang Tak Boleh Lecet Sedikit Pun


(Foto: dailymail)Cambridge, Max Braybrook bocah berusia 16 bulan dijaga bak kristal yang tak boleh sedikitpun tergores oleh orangtuanya. Memar, lecet atau benjol sedikit saja nyawa bocah penderita Wiskott Aldrich Syndrome bisa melayang.
Max Braybrook menderita suatu penyakit yang jarang ditemukan. Dirinya tidak boleh terjatuh atau terbentur sesuatu, karena benjolan sedikit saja bisa membunuhnya. Selain itu, penyakit ini bisa memicu Max mengalami stroke, kanker atau pendarahan akibat benjolan tersebut.
“Ini sangat menakutkan, padahal saat ini Max sedang belajar berjalan. Jika ia terjatuh, maka itu bisa menjadi hal yang sangat mengerikan karena benjolan kecil bisa menyebabkan pendarahan yang parah di bawah kulitnya,” ujar Jaqui (29 tahun) ibunda dari Max, seperti dikutip dari Dailymail, Sabtu (5/12/2009).
“Kami sudah mulai merasa bahwa ada masalah serius pada diri Max tak lama setelah dia lahir. Tapi kondisi yang sangat menakutkan ini baru diberitahu oleh dokter Maret 2009 lalu,” ujar sang ibu.
Memar yang terjadi pada Max ini berhubungan dengan rendahnya kadar trombosit dalam darah. Sang ibu awalnya tidak mengira Max mengalami penyakit tersebut, karena sindrom ini sangat langka terjadi. Tapi saat dirujuk ke Addenbrooke’s Hospital di Cambridge, ternyata didapatkan jumlah trombositnya hanya 4 keping tiap ml darahnya.
Padahal pada orang normal rata-rata jumlah trombositnya antara 150.000 sampai 450.000 per ml darah. Trombosit yang dimiliki oleh Max sangat rendah, sehingga sangat berisiko menderita pendarahan di otak yang berbahaya. Sejak itu, Max mendapat perawatan di Great Ormond Street Hospital, London.
Satu-satunya harapan untuk sembuh adalah melakukan transplantasi sumsum tulang belakang dari donor yang cocok dengan tubuhnya. Idealnya transplantasi ini dilakukan sebelum Max berusia 5 tahun. Ketiga saudara perempuan Max telah melakukan tes untuk melihat adanya kecocokan atau tidak, tapi sayangnya tidak ada satupun yang cocok dengan tubuh Max.
“Kini kami harus menjaga Max lebih ketat agar tidak terjatuh, terbentur atau melakukan hal-hal yang bisa memicu timbulnya memar atau benjolan di tubuhnya untuk mengurangi risiko terkena infeksi, stroke, leukimia atau pendarahan parah lainnya,” ujar Jaqui.
Seperti dikutip dari Emedicine, Wiskott-Aldrich syndrome (WAS) umumnya terjadi karena kekurangan immunoglobulin M (IgM). Anak yang menderita WAS menyebabkan produksi trombositnya rendah, rentan terhadap penyakit autoimun dan penyakit berbahaya yang berhuungan dengan darah.
WAS adalah penyakit yang terkait dengan kondisi resesif kromosom X, karena itu penyakit ini lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki meskipun pernah juga ditemukan pada anak perempuan. Gejala dari penyakit ini adalah sistem kekebalan tubuh menurun sehingga mudah terkena infeksi, jumlah trombosit yang rendah serta kelainan pada kulit seperti eksim.


Mengapa Kita Tak Ingat Saat Dilahirkan?

Kompas.com - Otak manusia memiliki kapasitas memori ribuan kali lebih tinggi dari komputer paling canggih yang ada saat ini. Massa abu-abu (gray matter) merupakan alat penyimpanan yang sangat bisa diandalakan. Namun, mengapa kita tidak bisa mengingat masa balita atau saat pertama kita lahir ke dunia?
Jangankan saat dilahirkan, otak kita juga tak bisa mengingat masa-masa ketika kita masih bayi atau balita. Ternyata sekeras apa pun kita berusaha, ingatan kita hanya bisa kembali sampai saat kita berusia 4-5 tahun.
Mengapa demikian? Salah satu teori menyebutkan hal ini karena faktor mielin, lapisan pelindung saraf yang membantu penghantaran sinyal-sinyal otak. Nah, sebelum berusia 5 tahun, mielin dalam otak bayi masih sangat sedikit. “Mielin sangat penting untuk menjaga ingatan jangka panjang,” kata Jonathan Schooter, PhD, ahli psikologi dari University of British Columbia.
Teori lain menyebutkan, begitu kita mulai belajar berbicara, kita tidak bisa lagi mengakses ingatan yang tercipta pada masa kita belum lancar berbicara. “Dengan makin berkembangnya kemampuan berbahasa seorang anak, cara ia berpikir juga akan berubah sehingga diduga lebih sulit untuk mengingat ingatan masa sebelumnya,” katanya. (kompas.com)


Riset: Seks dan olahraga tidak teratur beresiko serangan jantung

Semburan mendadak dalam intensitas sedang hingga aktivitas fisik intens, seperti jogging atau berhubungan seks, secara signifikan meningkatkan risiko terkena serangan jantung, terutama pada orang yang tidak mendapatkan latihan rutin.
Dokter telah lama mengetahui bahwa aktivitas fisik dapat menyebabkan masalah jantung yang serius, tetapi studi terbaru yang dilakukan peneliti Amerika Serikat membantu untuk mengukur risiko, kata Dr Issa Dahabreh dari Tufts Medical Center di Boston, yang studinya dimuat dalam Journal of American Medical Association.
Tim ini menganalisis data dari 14 studi melihat hubungan antara latihan, seks dan risiko serangan jantung atau kematian jantung mendadak, irama jantung yang mematikan yang menyebabkan jantung berhenti mengalirkan darah.
Peneliti menemukan orang cenderung 3,5 kali lebih mungkin mendapatkan serangan jantung atau kematian jantung mendadak ketika mereka berolahraga dibandingkan saat mereka tidak melakukannya.
Orang-orang itu 2,7 kali lebih mungkin untuk mendapatkan serangan jantung ketika mereka melakukan hubungan seks atau segera sesudahnya dibandingkan dengan saat mereka tidak melakukan aktivitas tersebut. (Temuan ini tidak berlaku untuk kematian jantung mendadak karena tidak ada penelitian yang melihat hubungan antara seks dan kematian jantung.)
Jessica Paulus, peneliti dari Tufts lainnya yang juga bekerja pada studi ini mengatakan risikonya cukup tinggi seperti yang ditunjukkan studi tersebut. Namun demikian periode peningkatan risikonya berlangsung singkat.
“Risiko ini tinggi hanya untuk jangka waktu yang singkat (1 sampai 2 jam) selama dan setelah aktivitas fisik atau seksual,” kata Paulus seperti dilansir Reuters, Selasa (22/3).
Karena itu, risiko kepada individu selama periode satu tahun masih cukup kecil, katanya.
“Jika Anda mengambil 10.000 orang, setiap sesi aktivitas fisik atau seksual per minggu dari setiap individu dapat dikaitkan dengan kenaikan 1 sampai 2 kasus serangan jantung atau kematian jantung mendadak per tahun,” kata Paulus.
Dia mengatakan bahwa penting untuk menyeimbangkan temuan tersebut dengan penelitian lain yang menunjukkan bahwa aktivitas fisik secara teratur mengurangi risiko serangan jantung dan kematian jantung mendadak sebesar 30 persen.
“Kami tidak ingin publik menghindari aktivitas fisik dan mengira olahraga itu buruk bagi kesehatan,” kata Paulus.
Yang hendak ditekankan adalah orang yang tidak berolahraga secara teratur perlu menjalankan semua program latihan perlahan-lahan, secara bertahap meningkatkan intensitas latihan dari waktu ke waktu.


Survey: seks lelaki demi kesenangan, seks wanita demi uang?

New JerseyBanyak faktor yang membuat rasa cinta tumbuh. Seiring dengan perjalanan cinta, rasa cinta dan nafsu pun susah dibedakan. Jadi bagaimana Anda tahu apakah itu cinta atau nafsu
Seorang Antropolog dari Rutgers University, Professor Helen Fisher, menjelaskan cinta dan nafsu itu berbeda. Nafsu dapat muncul seiring perjalanan cinta seperti dikutip darihowstuffworks, Kamis (24/3).
Fisher mengatakan, antara cinta dan nafsu ada komponen emosional dan fisiologis yang berbeda. Romantisme dan perasaan cinta seseorang mendorong dopamin dan kadar serotonin, yang menyebabkan perasaan gembira dan hilangnya nafsu makan. “Ketika kita sampai ke titik perasaan tersebut dan makin panjangnya jangka percintaan, tubuh kita menghasilkan lebih banyak oxytocin (dikenal sebagai “hormon cinta”).
“Sementara gairah seks dan nafsu untuk seks dapat datang selama proses percintaan yang dihasilkan oleh kadar testosteron yang meningkat, baik pada pria maupun wanita. Semakin tingginya kadar testosteron menginspirasi perasaan yang terfokus pada perhatian dan gairah seksual,” jelasnya.
Umumnya, lanjut Fisher, perasaan cinta itu muncul dari daya tarik seseorang. Kaum pria cenderung jatuh cinta dengan wanita dari wajahnya yang cantik. Sementara kaum wanita lebih tertarik dengan pria yang berdompet tebal.
“Kita cenderung memilih pasangan yang memiliki daya tarik dengan tingkat yang sama. Dari sudut pandang evolusi, ini masuk akal karena pria ingin memperbaiki keturunan mereka sementara wanita mencari pria yang dapat membantu mereka untuk menyokong kebutuhan anak-anak mereka,” ujarnya.
Lalu apakah usia mempengaruhi keinginan untuk seks “Laki-laki muda memiliki testosteron 10 kali lebih pada awal 20-an, dan ini adalah puncak dorongan seks mereka. Di sisi lain, dorongan seksual untuk wanita saat berusia akhir 20-an dan awal 30-an,” ujarnya.
Menurut Fisher, semakin menurunnya tingkat testosteron pada pria cenderung membuat mereka lebih mengasihani. Sebaliknya, dengan menurunnya tingkat estrogen pada wanita seiring dengan usia, mereka akan menjadi lebih tegas. “Ini ada hubungannya dengan kenyataan bahwa proporsi testosteron dalam sistem wanita memainkan peran yang lebih besar layaknya estrogen,” katanya.



Sebuah studi di Inggris menunjukkan, angka kelahiran bayi di luar nikah mencapai yang tertinggi selama kurun waktu 200 tahun terakhir.
Penelitian yang dilakukan oleh Centre for Social Justice (CSJ) menunjukkan, pasangan yang tinggal seatap tanpa ikatan perkawinan sebelum tahun 1945 jumlahnya mencapai kurang dari 5%. Namun kini jumlah pasangan kumpul kebo di Inggris melonjak hingga 90%, demikian lapor The Mirror (18/4).
Hal itu berarti, pada masa sekarang di Inggris pasangan yang hidup seatap dengan status menikah hanya sekitar 10% saja.
Menurut dokumen sejarah tentang kelahiran di luar pernikahan di Inggris dan Wales, angka kelahiran bayi “tanpa ayah” mencapai 5% di tahun 1970-an, dan naik tajam pada masa dua perang dunia. Setelah itu jumlahnya terus naik secara stabil sejak tahun 1960-an hingga sekarang.
Laporan CSJ, lembaga yang didirikan oleh Menteri Urusan Kerja dan Pensiun Inggris Iain Duncan Smith,  menyebutkan bahwa pada akhir tahun 1970-an angka kelahiran bayi di luar pernikahan lebih dari 10%, lalu naik 30% di tahun 1991. Saat ini angkanya mencapai 45%.
Meskipun demikian, menurut  penulis laporan itu Rebecca Probert dari Universitas Warwick dan Samantha Callan dari CSJ, fakta itu tidak mendukung klaim yang menyebutkan bahwa angka kumpul kebo di Inggris tinggi di awal abad ke-20. Buktinya menurut penelitain itu, di tahun 1950-an dan 1960-an hanya 1-3% pasangan saja yang hidup serumah sebelum mereka diikat tali perkawinan.
Direktur Eksekutif CSJ Gavin Poole berpendapat, “Tingginya angka kumpul kebo merupakan faktor kunci meningkatnya keretakan keluarga di negara kita [Inggris], dan laporan ini menunjukkan bahwa kita belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya.”
“CSJ senantiasa berpendapat, berdasarkan bukti yang ada, bahwa perkawinan dan komitmen cenderung lebih menstabilkan dan mempererat keluarga, dan tidak dapat disepelekan,” 


Wanita lebih panjang Umur

Dibandingkan dengan wanita, usia harapan hidup pria memang lebih pendek. Bahkan menurut riset para peneliti dari Uni Eropa, sebenarnya hanya sedikit saja pria yang usianya mencapai 65 tahun. Kondisi ini menurut para ahli disebabkan karena kebiasaan dan gaya hidup pria yang buruk seperti merokok, dan konsumsi alkohol.
Studi ini menyatakan bahwa setiap tahunnya sebanyak 630.000 pria di Uni Eropa meninggal karena kebiasaan hidup yang tidak sehat. Sementara itu, angka kematian pada wanita hanya separuhnya, sekitar 300.000 jiwa setiap tahunnya.
Dr. Richard de Visser, dari Universitas Sussex mengatakan, gaya hidup bukan satu-satunya pencetus kematian prematur. Menurutnya, mereka yang secara ekonomi berpenghasilan rendah juga termasuk dalam kelompok yang berisiko karena umumnya kurang mendapat asupan makan yang sehat, kurang berolahraga, lebih mungkin untuk merokok dan menggunakan obat-obat terlarang.
Untuk mengatasi kematian prematur di kalangan pria, Visser menuturkan, harus ada kesadaran yang tumbuh dari diri sendiri dalam merubah gaya hidup yang bisa merusak kesehatan.
Sementara itu Dr. Ian Bank, Presiden Europa Mens Health Forum menyatakan keprihatinan atas situasi ini. “Ini bukan hanya tentang kesehatan. Kematian prematur laki-laki akan merusak perekonomian, keluarga, perempuan (isteri), melemahkan keamanan sosial dan pelayanan kesehatan.”


Gaya Marah dan Dampaknya Pada Kesehatan


Bagaimana gaya marah Anda? Suka memendam emosi, meledak-ledak atau mengalihkan emosi ke hal lain? Setiap orang memiliki cara masing-masing untuk merespons emosi tersebut. Dan ternyata, cara Anda merespons emosi bisa berdampak pada kesehatan tubuh.
Emosi adalah istilah yang digunakan untuk keadaan mental dan fisiologis yang berhubungan dengan beragam perasaan, pikiran dan perilaku. Setiap manusia memiliki emosi, entah senang dan gembira, marah ataupun sedih. Tidak ada yang salah dengan emosi, masalahnya banyak orang yang sangat berlebihan memaknai dan merespons emosi tersebut.
Ada 3 cara yang biasanya dilakukan orang untuk merespons emosi, yaitu:
1. Menekan atau memendam emosi
Orang yang suka menekan emosi mungkin akan terlihat tenang, namun emosi yang selalu ditekan tersebut suatu saat akan meledak.

Pada dasarnya, orang dengan tipe ini juga akan mudah tersinggung, marah dan merasa tersakiti. Dan tanpa disadarinya, emosi yang terpendam akan tercermin pada sikap yang tidak menyenangkan, sering berkata kasar dan menyakitkan.
“Orang yang menekan emosi lebih banyak diam dan marahnya dipendam, tapi dia suka ngoceh dan suatu saat bisa ‘meledak’. Orang seperti ini jika lama-lama dibiarkan bisa mengalami gangguan jantung, tenggorokan dan kanker,” jelas Irma Rahayu, Soul Healer dari Emotional Healing Indonesia (EHI) dalam acara Emotional Healing Group Therapy di Hotel Sofyan Betawi, Jakarta, Kamis (8/12/2011).
Dia juga menyebutkan bahwa kebanyakan orang yang menderita sakit yang tidak tersembuhkan disebabkan karena kemarahan dan kecemasan yang sering ditekan.
2. Melampiaskan emosi
Banyak yang menganggap bahwa orang yang bisa melampiaskan emosi bisa lebih sehat ketimbang yang suka memendamnya. Namun emosi yang dilampiaskan secara berlebihan efeknya hanya sesaat. Emosi yang dikeluarkan dengan spontan marah atau ngamuk masih akan tersimpan dan tidak hilang begitu saja.

“Orang yang melampiaskan emosi dapat membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Akibatnya, orang seperti ini sering mengalami gangguan metabolisme dan gangguan fisik,” ujar Muhammad Gunawan, co fasilitator EHI.
3. Mengalihkan emosi pada hal lain
Orang tipe ini biasanya akan mengalihkan emosi dan stres pada hal-hal lain yang dianggap bisa melupakan masalahnya, seperti berbelanja barang-barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan, makan berlebihan, merokok, tidur, kerja berlebihan atau bahkan becanda sepanjang hari.

“Orang yang merokok itu pasti stres dan sebenarnya dia tahu bahwa rokok itu tidak sehat tapi masih menghisapnya,” ujar Gunawan.
Meski bisa melupakan emosi negatif yang tidak menyenangkan, namun Irma menuturkan bahwa mengalihkan emosi bukanlah yang baik untuk mengatasi masalah.
“Ini sama saja Anda sedang memetik daun teh dan menaruh di keranjang belakang punggung. Anda lupa, tapi lama-lama akan semakin berat. Jangan pernah melupakan masalah karena itu artinya Anda tidak menyelesaikannya. Orang yang sering melupakan masalah bukan berarti tidak punya masalah, tapi masalahnya akan menumpuk dan tiba-tiba ‘ambruk’,” ujar Irma.
Cara terbaik merespons emosi
Menurut Irma yang sudah menangani lebih dari 5.000 klien yang bermasalah dengan emosi, cara terbaik untuk merespons emosi khususnya emosi marah adalah dengan mengeluarkannya dengan cara yang baik dan santun atau bicara baik-baik dengan orang yang membuat kita kesal.
“Misal Anda kesal dengan orang A, maka Anda harus menyampaikan pada orang itu bahwa Anda tidak suka dengan tindakan dia, tapi dengan cara yang halus, santun dan bukan marah-marah. Jangan melemparkan emosi kesal Anda pada orang lain, karena itu tidak menyelesaikan masalah. Jika sekiranya Anda tidak mungkin menyampaikannya, misal dia adalah bos atau orang yang punya jabatan tinggi, maka lakukan sending love. Tetap bersikap baik pada dia sambil mendoakan dia hal-hal yang baik, semoga dia berubah dan berkah, atau berdoa untuk diri sendiri semoga mendapatkan hal-hal baik. Jangan Anda malah mendoakan yang jelek-jelek karena itu akan jadi emosi yang negatif untuk diri Anda sendiri,”

Template by:

Free Blog Templates