RUANG LINGKUP BIMBINGAN
A.
Bimbingan
sebagai “Bantuan”
1.
Makna
dan Tujuan Pelayanan Bimbingan-Konseling
Istilah Bimbingan dan Konseling
sebagaimana digunakan dalam literatur
profesional di Indonesia, merupakan terjemahan dari kata Guidance dan Counseling
dalam bahasa Inggris. Dalam kamus bahasa Inggris Guidance
dikaitkan dengan kata asal guide yang diartikan sebagai menunjukkan jalan
(showing the way), memimpin (leading), menuntun (conducting), memberikan
petunjuk (giving instruction), mengatur (regulating), mengarahkan (governing),
memberikan nasihat (giving advice). Kalau istilah bimbingan dalam bahasa
Indonesia diberi arti yang selaras dengan arti-arti yang disebutkan diatas,
akan muncul dua pengertian yang agak mendasar, yaitu :
a) Memberikan
informasi, yaitu menyajikan pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengambil
suatu keputusan, atau memberitahukan sesuatu sambil memberikan nasihat.
b) Mengarahkan
menuntun kesuatu tujuan.
Kalau
literatur profesional tentang guidance dan bimbingan dipelajarai secara cermat,
akan jelaslah bahwa kedua pengertian itu ditolak sebagai pengertian yang khas
bagi guidance dan bimbingan. Maka untuk menangkap arti yang sebenarnya perlu
dilihat apa yang dikatakan oleh para ahli dalam literatur profesional,
lebih-lebih defenisi apa yang mereka berikan pada guidance dan bimbingan.
Sayangnya, dalam literatur itu tidak akan ditemukan suatu defenisi yang
dipegang teguh oleh semua pengarang.
Sebaliknya,
tujuan pelayanan bimbingan ialah supaya sesama manusia mengatur kehidupan
sendiri, menjamin perkembangan dirinya sendiri seoptimal mungkin, memikul
tanggung jawab sepenuhnya atas arah hidupnya sendiri, menggunakan kebebasannya
sebagai manusia secara dewasa dengan berpedoman pada cita-cita yang mewujudkan
semua potensi yang baik padanya, dan menyelesaikan semua tugas yang dihadapi
dalam kehidupan ini secara memuaskan. Tujuan yang demikian sangat luas dalam
ruang lingkupnya, karena tidak terbatas pada bidang kehidupan tertentu. Maka,
pelayanan bimbingan mempunyai tujuan supaya orang yang dilayani menjadi mampu
mengatur kehidupannya sendiri, memiliki pandangannya sendiri dan tidak sekedar
membebek pendapat orang lain, mengambil sikap sendiri, dan berani menanggung
sendiri akibat dan konsekuensi dari tindakan-tindakannya. Bantuan yang demikian
bersifat psikis atau fisiologis, karena peranan langsung terhadap alam pikiran
dan perasaan seseorang serta mendorongnya untuk meninjau dirinya sendiri dan
posisinya didalam lingkungan hidupnya. Hal-hal ini lah yang dengan satu atau
lain cara muncul dalam defenisi-defenisi dskriptif tentang Guidance atau
Bimbingan yang disajikan diatas. Dengan demikian jelaslah bahwa ciri khas dari
bantuan melalui bimbingan terletak dalam tujuan bantuan itu diberikan, yaitu
supaya orang perorangan atau kelompok orang yang dilayani menjadi mampu
menghadapi semua tugas perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas, mewujudkan
kesadaran dan kebebasan itu dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana,
serta mengambil beraneka tindakan penyesuaian diri secara memadai.
Dalam
kamus bahasa Inggris Counseling dikaitkan dengan kata counsel yang diartikan
sebagai nasehat, anjuran, pembicaraan. Dengan demikian, Counseling akan
diartikan sebagai pemberian nasehat, pemberian anjuran, dan pembicaraan dengan
bertukar pikiran. Kemudian orang yang memberikan nasehat dan informasi yang
relevan diberbagai bidang kehidupan, akan menyebut dirinya sebagai konselor.
Maka
untuk menangkap arti yang sebenarnya, perlu dilihat apa yang dikemukakan oleh
para ahli dalam literatur profesional, lebih-lebih defenisi apa yang mereka
berikan pada counseling dan penyuluhan/konseling.
Perbedaan-perbedaan
yang muncul dalam beberapa defenisi yang tercantum diatas, sebaiknya dipandang
sebagai aspek-aspek dalam konseling, yang semuanya menekankan unsur-unsur
tertentu. Menurut pendapat pengarang buku ini, kedua aspek yang paling pokok
ialah aspek proses (menunjuk pada
kenyataan, bahwa klien mengalami suatu rangkaian perubahan dalam diri sendiri,
yang membawa dia dari saat masalah disadari, diungkapkan dan belum ada
penyelesaianannya kesaat masalah telah terpecahkan secara memuaskan) dan aspek pertemuan tatap muka (menunjuk
pada periode waktu klien berhadapan muka dengan konselor mengenai masalah yang
dihadapinya).
Aspek-aspek
yang lain, yaitu komunikasi antar pribadi dan tanggapan-tanggapan konselor yang
bersifat membantu, merupakan suatu konkretisasi dan perwujudan dari kedua aspek
pokok yang dibahas diatas.
2.
Orang
– Orang yang Dilayani
Ditinjau dari sudut ruang lingkup
bimbingan, pelayanan bimbingan tidak terbatas pada beberapa golongan umur
tertentu saja, diatas usia yang memungkinkan orang akan sadar akan semua tugas
itu, tidak terbatas pada kelompok / golongan ot=rang dengan problematika
tertentu saja, tidak terbatas pada lapisan masyarakat tertenttu saja, serta
tidak terbatas pada orang-orang dengan struktur kepribadian tertentu saja.
Namun dipandang dari sudut persyaratan
dipihak orang yang mendapat pelayanan bimbingan dan konseling, terdapat beberapa
keterbatasan, yaitu :
a) Pertama,
orang itu harus sudah sampai pada umur tertentu sehingga dapat sadar akan
tugas-tugas itu, kesadaran itu dapat terwujud dalam mengetahui secara
refleksif, bahwa segala tugas itu merupakan suatu tantangan demi pengembangan diri
sendiri.
b) Orang
itu harus dapat menggunakan pikiran dan kemauan sendiri sebagai manusia yang
berkehendak bebas, serta harus bebas dari keterikatan yang kuat pada
perasaan-perasaannya sendiri sehingga tidak terbawa oleh beraneka perasaan itu.
c) Ketiga,
orang itu harus rela untuk memanfaatkan pelayanan bimbingan.
d) Keempat,
harus ada perubahan obyektif untuk menerima pelayanan bimbingan.
B.
Bimbingan
di Sekolah
1.
Mengapa
Pelayanan Bimbingan di Sekolah ?
Kalau
bimbingan diartikan sebagai proses membantu orang perorangan dalam memahami
dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya, itu berarti bahwa tenaga bimbingan
profesional di berbagai lembaga pendidikan melibatkan diri dalam segala usaha
membantu siswa dan mahasiswa untuk memahami dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya
dewasa ini. Untuk itu perlu tenaga/petugas bimbingan mengenal ruang lingkup
kehidupan siswa dan mahasiswa. Dalam literatur profesional tentang bimbingan
digambarkan keadaan masyarakat dewasa ini dan ditunjukkan kondisi konkrit
kehidupan masyarakat yang melandasi tuntutan untuk memberikan pelayanan
bimbingan di lembaga-lembaga pendidikan.
Dalam
kurikulum, pedoman bimbingan diingatkan bahwa laju pembangunan nasional akan
memberikan dampak terhadap dunia pendidikan dan dunia pekerjaan. Berdasarkan
alasan-alasan itu dianggap perlu, supaya pelaksanaan bimbingan karir pada semua
jenis jenjang pendidikan ditingkatkan. Dalam pedoman pembinaan program
bimbingan disekolah juga disebutkan sejumlah faktor yang menimbulkan kebutuhan
akan pelayanan bimbingan disekolah. Dalam petunjuk pelaksanaan bimbingan dan
konseling untuk SMA ditegaskan bahwa, sesuai dengan makna pelayanan bimbingan
sebagai upaya menopang perkembangan siswa yang optimal, bimbingan dan konseling
harus dikaitkan dengan pengembangan sumber daya manusia.
Bila
mana tenaga-tenaga bimbingan disekolah menengah dan perguruan tinggi ditanyai
mengenai segala masalah aktual yang kerap dihadapi oleh para siswa dan
mahasiswa, disebut-sebut aneka bidang permasalah sebagai berikut :
a) Belajar
b) Keluarga
c) Pengisian
waktu luang
d) Pergaulan
dengan teman sebaya
e) Pergaulan
dalam diri sendiri
2.
Sejarah
Perkembangan Pelayanan Bimbingan di Sekolah
Pelayanan
bimbingan sebagai usaha profesional lahir di amerika serikat dan berkembang
dengan pesat sejak awal abad ini. Terdapat sejumlah faktor yang mendorong
perkembangan gerakan bimbingan, sampai mendapat tempat di instansi pendidikan
sekolah. Pertama, perhatian terhadap imigran yang datang ke amerika serikat
dari kawasan eropa pada awal abad ini dan membutuhkan pekerjaan yang layak supaya
dapat maju. Kedua, pengaruh dari agama-agama kristen yang memandang bumi ini
sebagai medan pertempuran antara berbagai kekuatan jahat dan beraneka dorongan
yang baik. Ketiga, pengaruh dari gerakan kesehatan mental, yang mula-mula
memperjuangkan perlakuan yang lebih mausiawi terhadap mereka yang ditampung
dalam rumah sakit jiwa dan kemudian memperluas aktivitasnya dengan menciptakan
jalur dan saluran untuk membantu warga masyarakat lain yang mengalami gangguan
mental yang menggerogoti kebahagiaan hidup. Keempat, perubahan sosial dalam
masyarakat akibat dari kedua perang dunia, resesi ekonomi, pengangguran,
undang-undang wajib belajar, tumbuhnya kota-kota besar, dan kemajuan teknologi.
Kelima, dampak dari gerakan testing psikologis, yang semakin mengembangkan
tes-tes sebagai alat yang dapat diandalkan untuk memperoleh informasi tentang
berbagai aspek dalam kepribadian seseorang. Keenam, subsidi fiansial dari
pemerintah federal yang memungkinkan sekolah-sekolah untuk mengangkat beberapa
konselor sekolah, dalam rangka memulai program pendidikan karier, bimbingan
karier, penanggulangan kenakalan remaja, pencegahan penggunaan obat bius, dan
prevensi terhadap menularnya berbagai penyakit kelamin. Ketujuh, pengaruh dari
terapi nondirektif yang dikembangkan oleh Carl Rogers dan menggantikan
pendekatan otoriter serta paternalistik dengan pendekatan yang menekankan
daya-daya kreatif dalam individu sendiri.
Sejarah
pelayanan bimbingan sebagai usaha profesional di Indonesia tidak sepanjang
sejarah pelayanan bimbingan di amerika serikat, pelayanan ini sejak awal
dipusatkan diberaneka lembaga pendidikan sekolah, terutama dijenjang pendidikan
menengah. Secara formal pelayanan bimbingan mulai diintrodusir pada awal tahun
1960-an dan mendapat dorongan dari berbagai faktor dalam kehidupan masyarakat,
sebagaimana diuraikan dalam bagian terdahulu.
3.
Fungsi
Pelayanan Bimbingan di Sekolah
Fungsi pokok dai pelayanan
bimbingan disekolah dapat dirinci atas :
1. Fungsi
penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa mendapatkan program
studi yang sesuai baginya dalam rangka kurikulum pengajaran yang disediakan
disekolah, memilih kegiatan ekstrakurikuler yang cocok baginya selama menjadi
peserta didik disekolah yang bersangkutan, menentukan program studi kelanjutan
yang sesuai baginya setelah tamat dan merencanakan bidang pekerjaan yang cocok
baginya dimasa mendatang.
2. Fungsi
penyesuaian yaitu fungsi bimbingan dalam membantu siswa menemukan cara
menempatkan diri secara tepat dalam berbagai keadaan dan situasi yang dihadapi.
3. Fungsi
pengadaptasian, yaitu fungsi bimbingan sebagai nara sumber bagi tenaga-tenaga
pendidik yang lain disekolah, khususnya pimpinan sekolah dan staf pengajar
supaya sesuai dengan kebutuhan para siswa.
Unsur pelaksana di sub bidang
bimbingan disebut petugas bimbingan, tenaga bimbingan dan berperanan sesuai
dengan fungsi bidang yang mereka pegang. Fungsi bimbingan, sebagaimana
diuraikan diatas, masih harus ditinjau lebih lanjut, khususnya dalam kaitannya
dengan fungsi bidang pengajaran. Kedua bidang ini mengarah pada tujuan yang
sama, yaitu perkembangan optimal bagi siswa sesuai dengan tujuan pendidikan
intitusional, yang mengacu pada tujuan pendidikan nasional.
4.
Asas
– Asas Pelayanan Bimbingan di Sekolah
Adapun asas-asas atau
prinsip-prinsip dasar itu adalah sebagai berikut :
a) Bimbingan
pertama-tama dan terutama menaruh perhatian pada keseluruhan perkembangan siswa
dan mahasiswa sebagai individu yang mandiri dan mempunyai potensi untuk
berkembang dalam semua aspek kepribadiannya.
b) Bimbingan
berkisar pada dunia subyektif masing-masing siswa dan mahasisw, kalau
pengajaran berkisar pada pokkok-pokok bahasan dan materi pelajaran tertentu,
pelayanan bimbingan tidak terbatas pada materi pembahasan tertentu.
c) Bimbingan
mengarah pada suasana dan situasi bekerja sama antara tenaga pendidik yang
membimbing dan siswa serta mahasiswa yang dibimbing.
d) Bimbingan
berasaskan pengakuan akan martabat dan keseluruhan individu yang dibimbing
sebagai manusia yang berdaulat dan berkehendak bebas.
e) Bimbingan
bercrak ilmiah dan merupakan ilmu terapan yang mengintegrasikan semua
pengetahuan yang telah diperoleh dibanyak bidang ilmu yang berkaitan dengan
pemberian bantuan psikologis, seperti ilmu psikologi, sosiologi, antropologi,
komunikasi, kebudayaan, ekonomi, biologi dan kedokteran.
f) Bimbingan
dapat dimanfaatkan oleh semua siswa dan mahasiswa, oleh karena itu pelayanan
bimbingan harus tersedia bagi setiap warga yang terdaftar sebagai peserta didik
di lembaga pendidikan tertentu.
g) Bimbingan
bercirikan sebagai suatu proses, yaitu berlangsung terus menerus,
berkesinambungan, berurutan, dan mengikuti tahap-tahap perkembangan anak muda
serta irama perkembangan masing-masing subyek.
Asas-asas atau prinsip
dasar yang diuraikan diatas dapat dijabarkan menjadi sejumlah patokan yang
lebih terinci, bila dikaitkan dengan (a) program bimbingan (b) orang yang
membimbing (c) subyek yang dibimbing.
5.
Kaitan
antara Bidang Bimbingan dengan Bidang – Bidang yang Lain dalam Pendidikan
Sekolah.
Pelayanan
bimbingan merupakan bagian integral dari suatu program institusional yang
disajikan dilembaga pendidikan pada jenjang pendidikan sekolah tertentu.
Dibawah ini akan dikupas persoalan kaitan antara bidang bimbingan dan bidang
administrasi sekolah serta bidang pengajaran di tingkat pendidikan sekolah
menengah, dengan memusatkan perhatian pada fungsi suatu bidang dan bukan pada
tenaga manusia atau petugas yang berperanan di bidang-bidang itu. Persoalan ini
ternyata mendapat bermacam-macam tanggapan dilapangan, antara lain mengenai
sampai berapa jauh bidang bimbingan dapat memberikan sumbangan terhadap kedua
bidang yang lain, tanpa menghilangkan ciri khas dari pelayanan bimbingan.
a.
Kaitan
antara Bidang Bimbingan dan Bidang administrasi Sekolah
Yang
dimaksudkan dengan bidang administrasi sekolah bukan bidang tata usaha
persekolahan, melainkan kepemimpinan disekolah. Tugas pokok administrasi
sekolah ialah merencanakan keseluruhan program pendidikan disekolah,
mengkoordinasi semua kegiatan pendidikan supaya tujuan institusional tercapai
dan mengawasi pelaksanaan dari kegiatan itu.
Administrasi
sekolah boleh mengharapkan dari pelayanan bimbingan disekolah supaya, (1)
ditaruh perhatian maksimal pada kepentingan masing-masing siswa (2) disampaikan
informasi yang diperoleh melalui studi ilmiah tentang kemajuan dan beraneka
peningkatan yang dialami oleh para siswa, agar menjadi jelas sampai berapa jauh
lembaga pendidikan mencapai tujuan institusionalnya (3) diajukan usul-usul
megenai perbaikan suasana umum di sekolah yang ternyata mengurangi rasa gembira
dan rasa aman dipihak siswa (4) ditingkatan dan dikembangkan mutu pelayanan
bimbingan supaya sesuai dengan persyaratan profesionalitas pelayanan (5)
dikembangkan kesadaran pada siswa, bahwa mereka sebagai warga sekolah juga
memikul beban tanggung jawab terhadap sekolahnya.
Bidang
bimbingan boleh mengharapkan dari administrasi sekolah, supaya (1) ditunjukkan
profesionalitas dalam memimpin seluk beluk kegiatan pendidikan yang melibatkan
banyak orang (2) diminta pertanggungjawaban tentang program kegiatan bimbingan
sampai berapa jauh terintegrasi dan menunjang tercapainya tujuan pendidikan (3)
diminta sumbangan pikiran dari jajaran petugas bimbingan tentang peningkatan
mutu program kegiatan pendidikan disekolah (4) diperhatikan sifat khas dari
pelayanan bimbingan, sehingga para petugas bimbingan tidak diberi tugas-tugas
yang sebenarnya berlawanan dengan sifat khas itu (5) disediakan fasilitas dan
sarana administrasi yang memadai (6) dibela terhadap tuduhan semntara guru
bahwa petugas bimbingan tidak berhasil dalam mengatasi problematik siswa-siswi
yang terlalu nakal (7) diangkat sumber tenaga yang cukup berwenang dan
diberikan kesempatan untuk mengikuti penataran dibidang bimbingan (8) dihargai
kewajiban moral konselor sekolah untuk menjamin segala rahasia pribadi yang
dipercayakan oleh siswa kepadanya.
b.
Kaitan
antara Bidang Bimbingan dan Bidang pengajaran
Bidang
pengajaran menangani kurikulum pengajaran, yaitu seluruh pengalaman belajar
siswa yang diperoleh melalui segala bidang studi yang disajikan. Kurikulum
pengajaran pun menunjang perkembangan optimal siswa dan seharusnya siswa
mendampingi siswa untuk menjadi orang yang bertanggung jawab terhadap diri
sendiri dan lingkungan disekitarnya. Namun bidang bimbingan dan bidang
pengajaran tidak dileburkan dan tetap mempunyai identitasnya sendiri-sendiri.
Pelayanan
bimbingan berfokus pada manfaat dan kegunaan yang dapat diambil oleh siswa dari
keseluruhan pengalaman belajar di berbagai bidang studi bagi diri sendiri
sebagai pribadi yang menuju ke taraf kedewasaan hidup. Dengan kata lain bidang
pengajaran menyajikan sejumlah pengalaman belajar, sedangkan pelayanan
bimbingan mengajak siswa untuk berefleksi atas pengalaman belajar itu, apa yang
dapat diketahui tentang diri sendiri dalam hal kemampuan, minat, nilai-nilai
kehidupan, dan aspirasi dimasa depan.
Singkatnya
bidang bimbingan dan bidang pengajaran sebenarnya dan seharusnya berfungsi
dalam pengelolaan satu program kegiatan pendidikan disuatu lembaga pendidikan.
Kedua bidang itu harus saling menunjang, meskipun kedua bidang itu tetap
berdiri sendiri menurut fungsi dasarnya masing-masing.
Daftar Pustaka :
Winkel, W.S. (2010). Bimbingan dan
Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta:Media Abadi
0 komentar:
Posting Komentar